Pages

Rabu, 07 Desember 2011

Aprillia Fitriyanti_2010120044_IE God


Rasakan Tuhan dengan Hati
Indonesia adalah negara yang mengakui 5 agama yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Budha dan kepercayaan Konghuchu. Para pemeluk agama di Indonesia juga terkenal saling menghargai satu sama lain agama yang mereka anut. Pernah ditayangkan disalah satu TV swasta, umat agama Kristen membantu membersihkan Masjid dalam rangka pelaksanaan Sholat Id berkenaan dengan Perayaan Hari Raya Idul Fitri. Keharmonisan ini juga dibuktikan dengan adanya Masjid dan Gereja yang berdiri berhadapan. Ini terjadi di Masjid Istiqlal Jakarta dan salah satu gereja. Jika ada perselihan, itu hanya menampung kepentingan oknum, badan, atau organisasi tak bertanggung jawab. Kasus seperti itu pun, tak mampu menghancurkan keharmonisan dan kerukunan bergama di Indonesia.
Keharmonisan inilah yang ada di keluarga saya. Saya dibesarkan dilingkungan yang kebanyakan memeluk agama selain Islam. Namun, saya tetap menghargai keberadaan mereka. Ini dibuktikan dengan saya menghardiri acara perayaan Natal. Kami saling bercengkrama dan menikmati hidangan yang semuanya adalah makanan halal. Mereka pun turut andil dalam perayaan Idul Fitri, contohnya mereka memberikan bingkisan parcel menjelang Idul Fitri. Semua itu begitu indah dan harmonis.
Namun ini tak terjadi seutuhnya di negara lain, sebut saja Amerika.Tuhan adalah abstrak. Tuhan? Seperti apa Tuhan itu? Kenapa kita harus menyembah-NYA? Dimana rumah-NYA? Ini adalah hanya segelintir pertanyaan yang muncul. Jika ditelisik dari sudut ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak ada seorang pun di dunia ini yang mengetahui bagaimanakah bentuk, keberadaan, dan untuk apa kita menyembahnya. Sampai detik ini pun masih banyak penelitian untuk “menemukan” Tuhan tapi hasilnya nihil. Akibatnya banyak orang yang memilih untuk mengangap benda-benda kesukaan atau benda nyata lainnya yang mereka sembah sebagai Tuhan mereka. Contohnya menganggap musik, lukisan, ilmu filsafat, ilmu lainnya sebagai Tuhan mereka.
Fenomena inilah yang kadang sedikit mengusik hati kecil saya mengenai, percayakah  saya terhadap Tuhan? Dan bagaimana cara saya menangkap keberadaan-NYA? Saya percaya tehadap Tuhan. Tuhan adalah Dzat yang tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan. Ini terjadi karena setiap orang memiliki dua kebutuhan yakni kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Pemenuhan keduanya haruslah seimbang tak boleh berat sebelah. Salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan rohani adalah beribadah. Dalam agama Islam, saya dapat melakukan sholat, zakat, puasa, mendengar ceramah dll sebagai bentuk pendekataan diri terhadap Tuhan. Ketika beribadah, saya seperti dapat “berkomunikasi” dengan Tuhan. 
            Keberadaan Tuhan memang tak bisa dilihat namun dapat dirasa. Rasa ini dapat dirasakan kapanpun dan dimanapun. Saat yang paling intim untuk berhubungan dengan Tuhan adalah saat kita beribadah. Keberadaan Tuhan juga dapat dilihat dari ciptaan-NYA. Siapa yang menciptakan langit dan bumi? Siapa yang menciptakan manusia? Jawabannya adalah Tuhan. Karena tidak ada ilmu pengetahuan dan teknologi apapun yang  dapat menciptakan itu semua. Semut pun tak bisa manusia ciptakan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi, Tuhan memang tak terlihat, namun dapat dirasa.
Tuhan hanyalah satu jenis, meski saya tak dapat melihat Tuhan apa yg saya sembah namun saya percaya dan yakin bahwa Tuhan itu ada. Biarkanlah orang lain mempunyai agama selain diri saya namun tetap menghargai kepercayaan mereka. “Agamamu agamamu, Agamaku agamaku” begitupun dengan Tuhan. Tuhan ada satu namun cara penyembahannya dan kepercayaan atas bentuk dan keberadaannya sajalah yang membedakan satu agama dengan agama lain. Tapi itulah hidup diantara banyak agama, harus saling menghargai.



Aprillia Fitriyanti
2010120044
Individual Essay of Humanistic Studies
English Department

Sabtu, 03 Desember 2011

Technology to Teach Thinking Skills _TLL_ Aprillia Fitriyanti


The first impression before reading this material is how come technology used to teach thinking skill? How to operate it? Is it possible? Because like my lecture said technology is only a tool for helping human do everything fast, easy, practice but how about this. I have big curiosity to find out all of questions which came up in my mind through this material. After reading the whole materials, I can find the answer.
Now days, technology is not only the tool which only used for doing simple thing but also the complex thing, for example the usage of technology to teach thinking skill. If the teacher used the technology wrongly, I think the students will get confuse because thinking skill means critical thinking to face something. The teacher can involve the students with technology in the teaching and learning process. It must encourage the students’ cognitive and support the content and language learning.
Using technology in teaching thinking skill is not easy. The teacher must make sure that the technology which he/she used is suitable with the objective of the learning. The teacher also must create thinking-oriented environment. The teacher must give chance the students to construct their own definition about something deeply.
The example of using technology in teaching thinking skill is WebQuest. Here, the teacher can provide the problem or task to be solved by the students. The elements which are exist; introduction, task, process, resources, guidance, closure and reflection. It is really acceptable for cooperative learning so the students can learn something critically with friends.
One thing that really important is the teacher and the students are still the actor of teaching and learning process. The technology is only the media to facilitate the teacher deliver the material to the students.

Aprillia Fitriyanti
5th Journal Reflection of TLL’s Class
2010120044
English Department
 

(c)2009 gadiskelapa. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger